Monday 16 November 2015

STATUS DAN PERAN SOSIAL

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
      Dalam lingkungan masyarakat, tidak jarang kita temukan hal-hal yang berbeda antara manusia yang satu dengan yang lainnya. Dari segi fisik beberapa perbedaan yang terlihat misalnya, cantik, jelek, tinggi badan, jenis kelamin, atau pun usianya. Ada juga perbedaan yang tidak terlihat secara fisik misalnya agama, ras, suku, pendidikan, kekayaan, dan kemampuan berpikir seseorang. 
      Seseorang juga bisa memiliki jabatan berbeda-beda dalam masyarakat. Mulai dari seorang kepala desa sampai presiden. Mulai dari seorang tukang batu sampai seorang arsitektur. Mulai dari guru SD sampai guru besar perguruan tinggi. Masing-masing orang menempati peran sesuai dengan jabatan yang dimiliki dan melaksanakan tanggung jawab sesuai dengan perannya.Perbedaan-perbedaan di atas menimbulkan keragaman yang muncul di masyarakat. Keragaman tersebut juga diterima dan diakui oleh masyarakat luas.
1.2 Rumusan Masalah
      Mengenai rumusan mengenai status dan peranan sosial adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan status sosial dan peran sosial? 
2. Sebutkan jenis-jenis status sosial yang ada dan akibat keberadaan status tersebut? 
3. Jelaskan mengenai cakupan peranan sosial dan beban peranan yang ada dalam masyarakat?
4. apa saja fungsi dari peranan sosial? 
5. Apa hubungan antara status dan peran sosial?  
1.3 Tujuan


      Adapun tujuan yang hendak dicapai yaitu:
1.  Mengetahui definisi status dan peran sosial. 
2.  Memahami jenis-jenis status sosial yang ada dan akibat keberadaan status tersebut. 
3. Menjelaskan mengenai cakupan peranan sosial dan beban peranan yang ada dalam masyarakat. 
4. Menyebutkan fungsi dari peranan sosial. 
5. Apa hubungan antara status dan peran sosial.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Status Sosial
2.1.1 Pengertian Status Sosial

     Menurut Mayor Polak (1979), status dimaksudkan sebagai kedudukan sosial seorang oknum dalam kelompok serta dalam masyarakat. Status sosial memberi bentuk dan pola pada interaksi sosial. 
    Sedangkan menurut Ralph Linton status sosial adalah sekumpulan hak dan kewajian yang dimiliki seseorang dalam masyarakatnya. Pemilik  status sosial yang tinggi akan ditempatkan lebih tinggi dalam struktur masyarakat dibandingkan dengan pemilik status sosial rendah. 
     Soerjono Soekanto membedakan status dengan status sosial; status diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial, sehubungan dengan orang-orang lain dalam kelompok tersebut atau tempat suatu kelompok berhubungan dengan kelompok-kelompok lainnya di dalam kelompok yang lebih besar lagi. Sedangkan status sosial diartikan sebagai tempat seseorang secara umum dalam masyarakatnya sehubungan orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, prestisenya dan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya. 
    Hubungan individu dengan status diibaratkan seperti hubungan antara pengemudi dengan mobil. Seseorang yang mengendarai mobil keluaran tahun 80an tentu akan berbeda jika dibandingkan dengan seseorang yang mengendarai mobil Mercedes Limited Edition (edisi terbatas) keluaran terbaru. Apabila pengemudinya mobil pertama diganti dengan pengemudi mobil kedua maka jalannya mobil dapat lebih baik atau dapat menjadi lebih buruk, begitu pun sebaliknya. Selain arti status sosial, ada baiknya jika kita mengerti arti dari kelas sosial, stratifikasi sosial, dan diferensiasi sosial yaitu sebagai berikut: 
1) Kelas Sosial
Menurut Barger kelas sosial adalah stratifikasi sosial menurut ekonomi. Ekonomi dalam hal ini cukup luas yaitu meliputi juga sisi pendidikan dan pekerjaan karena pendidikan dan pekerjaan seseorang pada zaman sekarang sangat mempengaruhi kekayaan/perekonomian individu.
2) Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial adalah pengkelasan/penggolongan/pembagian masyarakat secara vertikal atau atas bawah. Contohnya seperti struktur organisasi perusahaan di mana direktur berada pada strata / tingkatan yang jauh lebih tinggi daripada struktur mandor atau supervisor di perusahaan tersebut.
3) Diferensiasi Sosial
Diferensiasi sosial adalah pengkelasan / penggolongan / pembagian masyarakat secara horisontal atau sejajar. Contohnya seperti pembedaan agama di mana orang yang beragama islam tingkatannya sama dengan pemeluk agama lain seperti agama konghucu, budha, hindu, katolik dan kristen protestan.
2.1.2 Jenis-Jenis Status Sosial

      Munculnya status sosial dalam masyarakat diperoleh dengan berbagai cara yaitu: 
1) Status yang digariskan (ascribed status) adalah status yang diperoleh secara alami atau otomatis yang dibawa sejak manusia dilahirkan. Contohnya: anak seorang bangsawan sejak lahir mendapat gelar bangsawan, jenis kelamin, dan kasta pada masyarakat Hindu.
2) Status yang diusahakan (Achieved status) adalah status yang diperoleh dengan melalui usaha atau perjuangan sendiri dengan disengaja. Semua individu berpeluang menduduki status ini asal memebuhi syarat-syarat tertentu. Contohnya: gelar kesarjanaan, gubernur, presiden, insinyur dan ketua osis.
3) Status yang diberikan (assigned status) adalah status yang diberikan kepada seseorang yang telah berjasa memperjuangkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat. Contohnya: gelar pahlawan, gelar pelajar teladan dan penerima kalpataru.
2.1.3 Akibat yang ditimbulkan dari Status Sosial

      Dalam kehidupan masyarakat sering timbul pertentangan yang dialami seseorang sehubungan dengan status yang dimilikinya. Konflik status yang timbul dalam masyarakat antara lain berikut ini:
1) Konflik status individual, yaitu konflik yang terdapat dalam diri pribadi seseorang (batin sendiri). Contohnya: seorang siswa SMA harus memilih antara keinginan bekerja atau mengikuti keinginan ibunya untuk kuliah atau seorang wanita yang harus memilih antara bekerja atau menjadi ibu rumah tangga. 
2) Konflik status antar kelompok, yaitu konflik yang terjadi karena satu kelompok merugikan kelompok lain. Contohnya: peraturan yang dikeluarkan Pemda bertentangan dengan peraturan yang ada dipusat. Peraturan yang dikeluarkan satu departemen bertentangan dengan peraturan departemen yang lain. DPU (Dinas Pekerjaan Umum) yang punya tanggung jawab terhadap jalan-jalan raya, kadang terjadi konflik dengan PLN  yang melubangi jalan ketika membuat jaringan listrik baru. Pada waktu membuat jaringan baru, terkadang mereka berkonflik dengan TELKOM karena merusak jaringan telpon dan dengan PDAM karena membocorkan pipa air. Keempat Instansi tersebut akan saling berbenturan dalam melaksanakan statusnya masing-masing. 
3) Konflik Status Antar Individu adalah konflik status yang terjadi antara individu yang satu dengan individu yang lain, karena status yang dimilikinya. Contohnya: perebutan warisan antara dua anak dalam keluarga. Tono beramtem dengan Tomi gara-gara sepeda motor yang dipinjamnya dari kakak mereka.
2.2 Peran Sosial
2.2.1 Pengertian Peran Sosial

      Peran sosial (social role) merupakan seperangkat harapan dan perilaku atas status sosial. Menurut Soerjono Soekanto (1981), peran sosial merupakan tingkah laku individu yang mementaskan suatu kedudukan tertentu. Dalam peranan yang berhubungan dengan pekerjaannya, seseorang diharapkan menjalankan kewajiban-kewajibannya yang berhubungan dengan peranan yang dipegangnya. Melalui belajar berperan, norma-norma kebudayaan dipelajari. Seseorang dikatakan berperanan jika ia telah melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan status sosialnya dalam masyarakat. Tidak ada peran tanpa status sosial atau sebaliknya. Peran sosial bersifat dinamis (berubah-ubah) sedangkan status sosial bersifat statis (tetap).
2.2.2 Cakupan Peran Sosial

      Menurut Levinson, bahwa peranan itu mencakup tiga hal, yaitu: 
1) Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Contoh : Sebagai seorang pemimpin harus dapat menjadi panutan dan suri teladan para anggotanya, karena dalam diri pemimpin tersebut tersandang aturan/norma-norma yang sesuai dengan posisinya. 
2) Peranan merupakan konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat. Contoh : seorang ulama, guru dan sebagainya, harus bijaksana, baik hati, sabar, membimbing dan menjadi panutan bagi para muridnya.  
3) Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi truktur sosial masyarakat. Contoh : Suami, isteri, karyawan, pegawai negeri, dsb, merupakan peranperan dalam masyarakat yang membentuk struktur/susunan masyarakat. 
2.2.3 Beban Peran Sosial
1) Persiapan peran yang kurang memadai
Persiapan peran melalui proses sosialisasi dan pendidikan yang menyediakan  suatu peralihan dari peran yang satu ke peran yang lain, tetapi apabila dalam proses ini mengalami diskontinuitas maka akan mengakibatkan persiapan yang kurang pada seorang individu dalam berperan.
2) Kesulitan dalam peralihan peran
Dalam sebagian besar masyarakat terdapat peralihan peran yang dibentuk dan sulit untuk dihindari. Untuk menerima suatu peran baru, seseorang sering harus melepaskan peran yang lama. Padahal dalam proses ini sering terjadi kegagalan karena belum tentu orang tersebut mampu beralih peran dengan cepat dan benar. 
3) Konflik Peranan 
Konflik peranan timbul apabila seseorang harus memilih peranan dari dua atau lebih status yang dimilikinya. Pada umumnya konflik peranan timbul ketika seseorang dalam keadaan tertekan, merasa dirinya tidak sesuai atau kurang mampu melaksakan peranan yang diberikan masyarakat kepadanya. Akibatnya, ia tidak melaksanakan peranannya dengan ideal/sempurna. Contoh: Ibu Tati sebagai seorang ibu dan guru SD. Ketika puterinya sakit, ia harus memilih untuk masuk mengajar atau mengantarkan anaknya ke dokter. Saat ia memutuskan membawa anaknya ke dokter, dalam dirinya terjadi konflik karena pada saat yang sama dia harus berperanan sebagai guru mengajar di kelas. 
Antara status dan peranan tidak dapat dipisahkan. Tidak ada peranan tanpa kedudukan. Kedudukan tidak berfungsi tanpa peranan, Contoh: Dalam rumah tangga, tidak ada peranan Ayah jika seorang suami tidak mempunyai anak. Seseorang tidak bisa memberikan surat Tilang (bukti pelanggaran) kalau dia bukan polisi. Seseorang dapat memainkan beberapa peranan sekaligus pada saat yang sama, seperti seorang wanita dapat mempunyai peranan sebagai isteri, ibu, karyawan kantor sekaligus.  
4) Kegagalan berperan
Dalam masyarakat yang stabil dan terpadu, proposisi peran yang ditentukan masyarakat tinggi, kebanyakan peran akan terisi karena orang-orang telah dipersiapkan sejak awal masa kanak-kanak. Sebaliknya, dalam masyarakat yang perubahannya cepat dan kurang terpadu, sejumlah kegagalan berperan tidak dapat dihindarkan. Beberapa orang gagal berperan sebagai orang dewasa, banyak orang gagal dalam beberapa peran yang diperjuangkan, ada juga orang yang gagal berperan dalam pernikahan dan sebagainya.
Menurut Mead, untuk setiap peran yang dimainkan individu, terdapat gambaran yang sejalan dengan kedirian. Jadi citra diri inidvidu secara keseluruhan adalah penggabungan dari berbagai kedirian seorang individu didalam bermacam-macam peranannya.
2.2.4 Fungsi Peran Sosial

      Peranan memiliki beberapa fungsi bagi individu maupun orang lain. Fungsi tersebut antara lain: 
1) Peranan yang dimainkan seseorang dapat mempertahankan kelangsungan struktur masyarakat, seperti peran sebagai ayah atau ibu. 
2) Peranan yang dimainkan seseorang dapat pula digunakan untuk membantu mereka yang tidak mampu dalam masyarakat. Tindakan individu tersebut memerlukan pengorbanan, seperti peran dokter, perawat, pekerja sosial, dsb.
3) Peranan yang dimainkan seseorang juga merupakan sarana aktualisasi diri, seperti seorang lelaki sebagai suami/bapak, seorang wanita sebagai isteri/ ibu, seorang seniman dengan karyanya, dsb
2.3 Hubungan Antara Status dan Peran Sosial

      Seseorang dapat memiliki lebih dari satu status. Sehingga terkadang mereka harus melakukan lebih dari satu peran juga. status utama merupakan status yang membayangi status kita yang lain. Sebagai contoh adalah stephen Hawking yang menyandang cacat berat karena penyakit Lau Gehring. Bagi banyak orang status utamanya ialah penyandang cacat. Namun karena Hawking ialah salah seorang fisikawan terbesar yang pernah hidup, prestasinya yang luar biasa telah memberikan status utama lain, yaitu sebagai seorang ahli fisika kelas dunia yang seperingkat dengan einstein. 
      Perbedaan antara peran dan status adalah bahwa anda dapat menduduki suatu status , tetapi anda memainkan suatu peran  (Linton : 1936) sebagai contoh menjadi anak laki-laki atau perempuan adalah status anda, tetapi harapan anda untuk menerima pangan dan tempat tinggal dari orang tua anda maupun harapan meraka bahwa anda akan menghormati mereka merupakan bagian dari peran anda.       
      Meskipun status-status kita biasanya saling terkait dengan baik, ada orang-orang yang mengalami kontradiksi atau ketidaksepadanan pada status-status mereka. Ini dikenal sebagai ketidakselarasan (atau ketidakcocokan) status (status in consistency). Seorang mahasiswa perguruan tinggi yang berusia 14 tahun merupakan suatu contoh. Contoh lainnya adalah seorang perempuan telah menikah berusia 40 tahun yang berkencan dengan seorang mahasiswa perguruan tinggi tahun kedua yang berusia 19 tahun (James:2006).
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan

      Antara status dengan peranan memiliki hubungan yang erat. Seseorang dapat dapat menjalankan suatu peran apabila memiliki status. Seseorang yang dianggap memiliki status yang tinggi dalam masyarakat biasanya akan lebih disegani. Seorang yang berjasa terhadap kelompok masyarakat pun dapat memperoleh status yang tinggi di masyarakat tersebut.  
     Seseorang dapat memperoleh status dengan berbagai cara yaitu status yang dimiliki saat mereka lahir atau tanpa usaha, status yang diperoleh dengan berusaha dan diperjuangkan dan status yang diberikan atas jasa yang dilakukan oleh seseorang. Seseorang dapat memiliki lebih dari satu status sehingga dimungkinkan terjadi konflik dalam pelaksanaan perannya.
3.2 Saran

      Setiap manusia diciptakan berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya. Ada yang memiliki status yang dianggap tinggi ada pula yang dianggap berstatus rendah. Hendaknya dalam suatu masyarakat kita tidak membeda-bedakan perlakuan terhadap semua penyandang status, karena status yang kita miliki adalah pemberian dari sang Pencipta. Sehingga apapun status yang kita punya, maka tidak akan menghalangi kita untuk berbuat baik terhadap semua orang.
DAFTAR PUSTAKA


Abdulsyani. 1992. Sosiologi, Sistematika, Teori dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara.

Sudarmi, Sri dan W. Indriyanto. 2009. Sosiologi 1: untuk Kelas X SMA/MA. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

http://filzahazny.wordpress.com/2008/02/16/peran-dan-status-sosial-mahasiswa-di-masyarakat/

http://hanni.blog.fisip.uns.ac.id/2011/04/30/konsep-dasar-peran/